Edith Schaeffer dalam bukunya “Apa itu keluarga?” menggambarkannya sebagai “persatuan dan keragaman, bentuk dan kebebasan, kebersamaan dan individualitas.” Saat ini, dalam masyarakat kita yang sementara, di mana nilai-nilai selalu berubah dan setiap orang sibuk dengan kepentingannya masing-masing, anggota keluarga tidak mempunyai waktu untuk bercakap-cakap, tidak ada waktu untuk mendengarkan atau bahkan makan bersama. Keluarga sebagai satu kesatuan berada dalam kondisi goyah. Kebanyakan orang percaya bahwa kurangnya komunikasi dalam keluarga adalah penyebab perpecahan ini.
Setiap keluarga yang stabil dan sehat diperkuat oleh komunikasi yang membantu mereka mengenal satu sama lain dengan lebih baik dan berhubungan dengan cara yang positif. Setiap anggota baik orang tua, anak atau saudara kandung mempunyai persepsi berbeda terhadap situasi tertentu dan harapan berbeda. Kurangnya komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman dan stres yang tidak dapat dihindari. Tujuan komunikasi bukan hanya untuk menyampaikan informasi saja melainkan untuk berbagi pikiran, perasaan, dan emosi.
Apa itu komunikasi?
Ini adalah proses penyampaian informasi kepada orang lain atau beberapa orang baik secara verbal maupun non-verbal. Hanya 50% komunikasi terjadi melalui kata-kata. Metode nonverbal dapat dilakukan melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nada dan nada suara. Para ibu rumah tangga menggunakan cara-cara dramatis untuk mengomunikasikan kemarahan mereka dengan membakar makanan yang sedang mereka siapkan atau mengabaikan tugas-tugas penting yang biasa mereka lakukan. Dalam beberapa situasi, Diam juga merupakan cara berkomunikasi dan seringkali berbicara lebih baik daripada kata-kata.
Cara berkomunikasi yang efektif dalam keluarga:
Informasi yang perlu disampaikan kepada seseorang disebut Komunikasi Instrumental. Namun menjadi Afektif yaitu dengan memberikan kesempatan pada anggotanya untuk mengutarakan perasaan senang, bahagia, sedih atau marah.
• Sering berkomunikasi. Kapan pun ada waktu, baik saat makan, sebelum tidur, atau saat bepergian bersama, bicaralah satu sama lain. Ada baiknya untuk memiliki “waktu keluarga” dengan mematikan TV, telepon atau komputer, sehingga ada waktu untuk berbicara. Anak-anak yang orang tuanya bekerja mungkin hanya dapat bertemu dengan mereka pada malam hari, dan “waktu bersama keluarga” diperlukan untuk membangkitkan rasa percaya diri akan kasih dan kepedulian orang tua.
• Berkomunikasi dengan jelas dan langsung. Jangan membuat pernyataan yang tidak jelas atau komentar sarkastik.
• Jadilah pendengar yang aktif terhadap apa yang dikatakan orang lain. Tunjukkan bahwa Anda penuh perhatian dengan anggukan, senyuman, atau pertanyaan sesekali.
• Menyediakan lingkungan di mana anggota dapat jujur satu sama lain dan berbagi pandangan dan pendapat. Hal ini menciptakan hubungan saling percaya. Setiap orang, tua atau muda, adalah anggota keluarga yang dihormati.
• Komunikasi antar pasangan biasanya berbeda dengan cara orang tua berkomunikasi dengan anak dan sebaliknya.
• Waspadai pesan non-verbal seperti bahasa tubuh atau ekspresi wajah.
• Menjadi positif. Kritik tidak boleh merendahkan harga diri seseorang tetapi membangun rasa percaya diri. Memuji orang tersebut secara verbal adalah cara untuk menunjukkan penghargaan, dorongan, dan dukungan.
• Tunjukkan kasih sayang melalui sentuhan, kata-kata, senyuman atau ciuman.
Alasan kurangnya komunikasi:
1. Jika bapaknya seorang otokrat. Seorang ayah tidak boleh memutuskan bagaimana suatu masalah harus diselesaikan tanpa mendiskusikannya dengan anggota yang lain.
2. Orang tua yang sangat ketat dan memaksakan aturan yang tidak praktis tanpa mempertimbangkan perasaan anak-anaknya.
3. Kurangnya ungkapan kasih sayang baik dalam kata-kata, gerak tubuh maupun perilaku orang tua.
4. Kurangnya rasa hormat satu sama lain.
5. Kurangnya waktu berkomunikasi karena kesibukan dengan karir sendiri.
Epstein dkk (1993) menjelaskan beberapa cara komunikasi.
– Jelas dan Langsung: Pesan ditujukan kepada orang yang dituju.
– Jelas tapi Tidak Langsung: Tidak ditujukan kepada siapa pun secara khusus.
– Terselubung dan Tidak Langsung: Ketika pesan maupun penerimanya tidak jelas.
Mengapa komunikasi itu penting?
• Karena setiap anggota mempunyai kesempatan untuk mengutarakan kebutuhan atau keinginannya atau permasalahan yang sedang mengganggunya.
• Anggota menjadi sadar akan perbedaan mereka dalam suasana cinta dan kasih sayang.
• Memberikan kesempatan untuk membicarakan masalah dan menyelesaikannya secara damai. Ketika tidak ada komunikasi, masalah tetap tidak terselesaikan, rasa frustrasi muncul dan konflik keluarga semakin meningkat. Hal ini mencegah keintiman dan ikatan emosional. Dalam pernikahan, kurangnya komunikasi dapat menyebabkan perpisahan dan perceraian. Pada anak-anak, masalah perilaku mungkin muncul. Di kemudian hari, perilaku antisosial atau bahkan gaya hidup menyimpang mungkin saja terjadi.
• Nada suara menunjukkan kondisi mental orang tersebut. Omelan yang keras dan agresif adalah cara komunikasi yang merusak. Seseorang harus tenang, jelas dan tepat.
• Merespon positif menunjukkan empati terhadap lawan bicara. Tidak seorang pun boleh menyela atau langsung mengambil kesimpulan sebelum mendengarkannya.
• Setiap keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasinya masing-masing. Tidak boleh ada perbandingan dengan apa yang dilakukan keluarga lain.
• Untuk keharmonisan dalam keluarga, masing-masing harus menghargai kekuatan satu sama lain dan menghormati perbedaan satu sama lain.
• Berbicara dari hati dengan suara yang mengungkapkan ketertarikan dan kepedulian. Seperti yang dikatakan Milton,
“Suara yang meleleh melalui labirin yang berjalan, melepaskan semua rantai yang mengikat jiwa harmoni yang tersembunyi.”