Jujur saja, Anda takut konflik, bukan? Jika ya, Anda seperti kebanyakan pria dan wanita. Pada kenyataannya, cukup banyak orang yang menyukai gagasan untuk melalui suatu konflik. Untungnya, ada beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi rasa takut yang mungkin Anda rasakan saat menghadapi kondisi konflik.
1. Akui kecemasan dan stres mendasar Anda. Konflik menimbulkan perasaan yang mengesankan pada pihak-pihak yang berkonflik. Pikiran-pikiran ini perlu diakui dan dikelola jika Anda ingin berhasil menghadapi skenario tersebut. Bagaimana dengan konflik ini yang membuat Anda merasa cemas dan takut? Dengan mengakui pemikiran yang Anda alami, Anda memberdayakan diri sendiri untuk mengendalikan emosi dan merespons secara konstruktif.
2. Tetapkan ancamannya. Kita semua mempunyai tombol yang sangat panas yang membuat kita sangat takut atau marah ketika ditekan. Ketika seseorang mengklaim atau melakukan sesuatu yang memicu kemarahan kita, kita dengan cepat dan emosional merespons untuk melindungi diri kita sendiri, identitas kita, nilai-nilai kita, dan keyakinan kita. Ancaman-ancaman ini mungkin menyebabkan Anda mengambil tindakan agresif atau menjauh dari konflik yang ditakuti. Tanyakan pada diri sendiri, ketika tombol panasku yang luar biasa terpicu, mengapa aku mendapat reaksi psikologis yang kuat seperti ini? (misalnya, “Saya merasa diperlakukan secara tidak adil” atau “Saya merasa status dan kredibilitas saya dipertanyakan secara tidak wajar” atau “Saya menganggap wewenang saya sedang ditantang.”) Dengan jelas menunjukkan bahaya yang ada akan membantu Anda mencapai tujuan tersebut. kendalikan rasa takutmu.
3. Uji asumsi Anda. Saat seseorang memicu hot button kita, kita biasanya membuat asumsi palsu tentang motivasinya. Sebagai contoh, kita dapat mengaitkan niat jahat dengan berasumsi “mereka ingin membalas saya” atau “dia tidak menyukai saya, jadi dia membelakangi saya” atau “dia ingin terlihat superior di depan atasannya.” , jadi dia melakukan hal-hal yang membuatku tampak seperti orang bodoh.” Sebagai gantinya, pilihlah panggung kembali dan tanyakan sendiri, apa kemungkinan lain mengapa orang ini bertindak seperti itu? Bisa jadi mereka merasa tombol panas mereka ditekan, dan akibatnya bereaksi dengan cara yang berbahaya.
4. Tarik napas dalam-dalam. Salah satu prosedur penting untuk mengendalikan emosi Anda adalah dengan mengambil napas dalam-dalam. Ketika pikiran kita merasakan bahwa kita berada dalam bahaya, pikiran kita mulai berpikir untuk bertahan hidup. Olahraga meningkatkan aspek emosional otak kita secara signifikan sehingga menyebabkan reaksi berkelahi, lari, atau membeku. Reaksi-reaksi ini adalah hasil akhir dari perasaan yang kuat dan merusak yang melindungi kita dari bahaya yang kita rasakan pada orang lain. Mengambil napas dalam-dalam memperlambat pusat psikologis otak dan membantu kita beralih ke bagian rasional otak kita di mana kita dapat membuat pilihan yang lebih baik dan merespons konflik yang kita alami secara konstruktif.
5. Terus membuat jurnal. Menulis jurnal akan membantu Anda mengidentifikasi pemicu emosional dan menghasilkan taktik untuk mengelolanya. Catatlah hal-hal berikut dalam jurnal Anda:
- Apa skenario konfliknya dan siapa pihak penting yang terlibat?
- Apa yang secara khusus dikatakan atau dilakukan orang tersebut yang menyebabkan emosi Anda yang kuat (yaitu apakah mereka mengucapkan kalimat tertentu, menaikkan alis, atau mengabaikan Anda)?
- Emosi apa yang Anda rasakan (yaitu kemarahan, frustrasi, rasa bersalah, kekecewaan, kekhawatiran)?
- Apa yang Anda katakan pada diri Anda sendiri tentang motif mereka (yaitu mereka ingin menyakiti saya, dia egosentris, mereka sebenarnya tidak peduli, dll)?